NUNUKAN - Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgaspamtas) 613/Raja Alam pimpinan Letkol Inf Robert Giri tiba di Nunukan pada Sabtu (12/7). Satgas beranggota 650 personel TNI-AD tersebut bertugas menjaga perbatasan Indonesia dengan Malaysia di Nunukan dan Tarakan. Di Nunukan, separo di antara pasukan itu akan disebar di 23 pos perbatasan.
Setelah upacara penyambutan yang dipimpin Dandim 0911/NNK Letkol Inf Drs Basri, Giri memaparkan bahwa satgasnya sudah tidak asing dengan medan perbatasan tersebut. Bukan kali pertama mereka ditugaskan di sana. Pada 1987, satgas itu pernah ditugaskan di perbatasan ketika masih bernama Satgas Tonpam 613/RjA. "Selanjutnya, pada 2006, kita konsolidasi. Kini, kami kembali bertugas untuk operasi di perbatasan tersebut lagi," paparnya.
Yang tidak berubah banyak, menurut dia, infrastruktur di dekat perbatasan kurang mendukung. Harapannya, kekurangan itu mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Kondisi tersebut diperparah dengan fasilitas penunjang yang juga terbatas. "Kami hanya mengandalkan satu helikopter dengan kapasitas, daya angkut, dan jarak tempuh terbatas," imbuhnya.
Meski begitu, dia berharap personelnya tidak "iri" dan membandingkan dengan fasilitas dan infrastruktur personel penjaga perbatasan Malaysia. "Standar kita dengan mereka berbeda. Kita tidak bisa membanding-bandingkan kesejahteraan. Yang penting, melaksanakan tugas dengan baik," terangnya.
Basri mengungkapkan, sebagian besar pos perbatasan sudah permanen. Perbaikan juga terus dilakukan setiap tahun. Dia mengakui bahwa sarana dan prasarana transportasi memang menjadi kendala. "Kami memberdayakan yang ada. Kami sudah usulkan kepada pusat," ucapnya. (dew/jpnn/ruk)http:jawapos.com
By : Generasi Perbatasan
Setelah upacara penyambutan yang dipimpin Dandim 0911/NNK Letkol Inf Drs Basri, Giri memaparkan bahwa satgasnya sudah tidak asing dengan medan perbatasan tersebut. Bukan kali pertama mereka ditugaskan di sana. Pada 1987, satgas itu pernah ditugaskan di perbatasan ketika masih bernama Satgas Tonpam 613/RjA. "Selanjutnya, pada 2006, kita konsolidasi. Kini, kami kembali bertugas untuk operasi di perbatasan tersebut lagi," paparnya.
Yang tidak berubah banyak, menurut dia, infrastruktur di dekat perbatasan kurang mendukung. Harapannya, kekurangan itu mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Kondisi tersebut diperparah dengan fasilitas penunjang yang juga terbatas. "Kami hanya mengandalkan satu helikopter dengan kapasitas, daya angkut, dan jarak tempuh terbatas," imbuhnya.
Meski begitu, dia berharap personelnya tidak "iri" dan membandingkan dengan fasilitas dan infrastruktur personel penjaga perbatasan Malaysia. "Standar kita dengan mereka berbeda. Kita tidak bisa membanding-bandingkan kesejahteraan. Yang penting, melaksanakan tugas dengan baik," terangnya.
Basri mengungkapkan, sebagian besar pos perbatasan sudah permanen. Perbaikan juga terus dilakukan setiap tahun. Dia mengakui bahwa sarana dan prasarana transportasi memang menjadi kendala. "Kami memberdayakan yang ada. Kami sudah usulkan kepada pusat," ucapnya. (dew/jpnn/ruk)http:jawapos.com
By : Generasi Perbatasan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar